Jakarta: Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) kembali memberangkatkan 61 petani muda untuk mengikuti program magang pertanian di Taiwan, Selasa (11/4/2025).
Pengiriman peserta ini merupakan bentuk komitmen Kementan terhadap upaya regenerasi petani muda, yang dinilai penting dalam menjaga keberlanjutan sektor pertanian nasional di tengah tantangan global dan perubahan iklim.
Program magang ke Taiwan ini merupakan bagian dari kerja sama antara Kementerian Pertanian, Indonesian Economic and Trade Office (IETO), dan Taiwan Economic and Trade Office (TETO), serta difasilitasi oleh Kamar Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taiwan. Program tersebut telah berlangsung sejak tahun 2019 dan menjadi salah satu agenda rutin untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pertanian Indonesia.
Peserta akan menjalani magang selama satu tahun di berbagai lokasi pertanian di Taiwan. Mereka akan ditempatkan di petani mitra yang mengelola beragam komoditas, seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan agrowisata.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan pentingnya regenerasi petani muda untuk menjamin masa depan pertanian Indonesia yang modern dan berdaya saing. Menurutnya, keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kesiapan generasi muda dalam mengadopsi teknologi dan inovasi.
“Kita harus menyiapkan petani muda yang tangguh dan berwawasan global. Mereka inilah yang akan mengawal visi Indonesia Emas 2045 melalui pertanian yang modern, efisien, dan berbasis teknologi,” ujar Amran.
Amran menambahkan, Kementan terus berupaya menarik minat generasi muda agar melihat sektor pertanian sebagai bidang yang menjanjikan, baik dari sisi pendapatan maupun peluang usaha.
Terpisah, Kepala BPPSDMP Idha Widi Arsanti menambahkan bahwa regenerasi petani menjadi salah satu fokus utama pemerintah, mengingat semakin berkurangnya jumlah petani aktif di Indonesia. Rata-rata usia petani kini mencapai lebih dari 45 tahun, sementara kebutuhan pangan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk.
“Regenerasi petani menjadi langkah krusial. Tanpa dukungan generasi milenial, sektor pertanian akan kesulitan beradaptasi dengan tantangan zaman. Karena itu, kita terus dorong pelatihan dan magang ke luar negeri agar mereka mendapatkan pengalaman internasional,” ungkap Santi.
Beliau menambahkan, program magang ke Taiwan ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas peserta dalam aspek teknologi pertanian, manajemen usaha tani, dan kewirausahaan berbasis agribisnis.
Saat melepas peserta magang, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Kapuslatan) Tedy Dirhamsyah menilai bahwa peningkatan kapasitas sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan regenerasi petani muda di Indonesia.
“Tanpa kemampuan dan kompetensi yang baik, regenerasi hanya menjadi slogan. Karena itu, kita bekali petani muda dengan ilmu, pengalaman, dan etos kerja dari negara yang telah maju di bidang pertanian, seperti Taiwan,” ujar Tedy.
Ia berharap para peserta magang dapat menyerap ilmu dan teknologi pertanian modern dari Taiwan, kemudian menerapkannya di Indonesia. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi tenaga terampil, tetapi juga calon pelaku usaha pertanian yang inovatif dan produktif.
“Program ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan pemerintah dalam membangun kemandirian pangan nasional serta menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian. Prinsipnya, peserta magang dapat membawa pulang pengetahuan yang bermanfaat bagi pertanian Indonesia. Kita ingin mereka menjadi agen perubahan di daerah masing-masing,” tutup Tedy.
Pelepasan peserta disaksikan langsung oleh Atase Pertanian Taiwan di Indonesia, Mr. Kai. Setibanya di Taiwan, peserta akan menjalani orientasi selama tiga hari sebelum ditempatkan di masing-masing petani mitra.